Tamara Geraldine Ungkap Sisi Lain Dunia Event Organizer

PRESENTER Tamara Geraldine kembali merilis sebuah buku bertajuk Indo’5 Super Twenty Stories . Dalam buku tersebut, dia mengemas kisah-kisah menarik yang mengungkap sisi lain event organizer (EO) di panggung hiburan dalam 20 cerita pendek.

Buku tersebut sekaligus menjadi langkah awal dari lima buku selanjutnya yang akan dirilis hingga akhir tahun. Cerita maupun kisah yang ditulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna ini merujuk pada kinerja dan perilaku serta pola pikir artis terhadap EO serta pengalaman dan kiprah PT Indolima Perkasa dalam dunia EO. Menurutnya, banyak hal yang tidak terlihat mata dari tingkah laku para artis yang tidak pantas pada EO.

“Yang ingin aku tulis dan sampaikan dalam buku ini merupakan realita yang luput dari lampu alias mata kita di panggung artis. Ini merupakan kick off buku terbaru saya,” ujar Tamara saat peluncuran buku Indo’5 Super Twenty Sories di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta Pusat, belum lama ini. “Sudah lebih dari 20 tahun menekuni dunia hiburan, aku banyak menemukan cerita-cerita yang tidak sesuai sama hatiku. Ya, timbullah berbagai pertanyaan. Dari situ, aku pun tergelitik untuk bercerita dalam bentuk tulisan,” sambungnya.

Presenter kelahiran Jakarta, 21 Mei 1974, ini pun menceritakan bahwa buku tersebut sebagai sebuah awal untuk menghasilkan buku-buku lainnya. Bahkan, rencananya hingga akhir tahun ini, Tamara akan merilis lima buku lainnya. “Buku ini paralel dengan buku lainnya. Ini jadi satu pembuka dari enam buku lainnya sampai akhir tahun,” tutur ibu Tjazkayaa Loedwigee Poetry Pham ini. Dalam buku yang proses penggarapannya memakan waktu tiga pekan ini, Tamara mengungkap siapa yang sebenarnya memainkan peran penting, apakah sang artis sebagai bintang utama atau EO sebagai pihak yang menyiapkan acara.

“Siapa yang lebih penting. Selalu dikatakan artis lebih penting, tapi saya melihat bahwa EO memiliki peranan yang luar biasa, bahkan sebelum pertunjukan itu dimulai. Jika ada klien yang menginginkan artis A, misalnya, bisa saja EO mengatakan artis tersebut sedang penuh jadwal, padahal tidak. Jadi siapa yang sebenarnya yang lebih penting,” kata Tamara. Dalam buku kumpulan cerpennya, mantan istri pria keturunan Vietnam bernama Tien Thinh Pham ini menggambarkan artis sebagai ballerina dan EO menjadi Benitez alias pengatur.

Menutur Tamara, menguak fakta itu sangat penting untuk memberi pembelajaran moral bagi para pembaca. “Siapa yang merasa di-bully dalam dunia entertaiment, ballerina atau Benitez? Ya, sikap artis yang merasa superstar inilah ternyata sering mencederai hati pekerja seni di belakang panggung, EO. Tetapi, aku tetap tidak bermaksud menyinggung artis, tetap ada moral of stories ,” ujarnya.

Selama penulisan buku ini, Tamara melakukan berbagai riset yang matang. Dia menyajikan tulisan ini dengan sentuhan yang menarik. “Aku banyak ngobrol dengan EO dan artis seperti Jeffry Woworuntu dan Krisdayanti. Namun, tulisan ini 75% dari kisah yang aku alami. Pastinya menarik dengan sentuhan yang beragam drama dan intrik lelucon,” ucapnya.

Buku karya Tamara ini dirilis dalam dua versi. Sebuah edisi khusus akan dibuat untuk diberikan bagi kalangan tertentu. “1.000 pertama yang limited ditulis khusus,” katanya.